Minggu, 09 April 2017

Belajar mempercayai hatiNya

Dulu sebelum menikah saya berpikir kalo perjuangan mengenal kehendak Allah yg terbesar dalam hidup adalah soal pasangan hidup, dan itu sudah berhasil saya lewati. Tetapi ternyata itu pemahaman yg salah, karena setelah menikah pun saya kembali dihadapkan pada perjuangan bagaimana mengenal kehendak Allah itu untuk hal yang lain, yg mungkin lebih kompleks.

Memang ya, sbg anak2 Allah sampai kita pulang ke Surga nanti kita harus terus berjuang untuk memahami kehendak Bapa bagi hidup kita ☺
Saya tau bukan kebetulan kalo 2 hari ini saya mendengar dan membaca Firman yang berbicara mengenai hal yang sama. Dan hal ini terjadi saat hati saya sedang down, saya gelisah dan penuh pertanyaan dalam hati, yang tidak bisa saya ungkapkan kepada orang lain. Ya, masih pergumulan yg sama mengenai keturunan.

Kemarin ibadah Minggu, tema pemberitaan Firman Tuhan adalah tentang bertahan dalam penderitaan. Beberapa poin yg saya dapatkan :
☆ Seringkali kita berdoa meminta kepada Tuhan untuk dilepaskan dari kesusahan atau meminta suatu berkat. Setelah itu kita seolah-olah sabar dengan setia menantikan jawaban Tuhan..tapi kita lupa tidak pernah bertanya apakah kehendakNya. Salah satu contoh yang disebutkan pemberita Firman yang cukup menampar hati saya adalah "belasan tahun menikah berdoa meminta anak, sabar menanti2kan... kemudian punya anak tapi rumah tangganya malah berantakan".
Saya sadar bahwa selama ini saya selalu berdoa seakan2 mendorong2 Tuhan memberikan yg saya mau dengan cepat, tapi saya tidak pernah bertanya apakah adanya anak dalam pernikahan saya memang adalah kehendakNya.
Kita selalu tergesa-gesa tapi Tuhan tidak. Dia tidak pernah terlalu cepat atau terlambat. Karena itu saya harus belajar menanti, bukan menanti yg saya mau tetapi yg Tuhan mau.

☆ Jangan jadi orang Kristen yang sekedar menanti mujizat tapi tidak mau menikmati hadirat Tuhan dan FirmanNya. Maunya mujizat ini dan itu tapi tidak mau mengenal Tuhan-nya.
Saya juga tertampar di bagian ini, pernah saya meminta Tuhan untuk menyatakan mujizatnya sehingga saya bisa hamil. Tetapi saya lupa untuk menikmati kehadiranNya, menikmati indahnya berdoa dan menggumuli Firman dalam setiap proses pergumulan yg saya jalani.

Di akhir kotbah, pesan yang disampaikan adalah supaya kita belajar menanti apa yg jadi maunya Tuhan, berhenti mengasihani diri kalo saat ini masih diijinkan berada dalam pergumulan, dan belajar menjadi berkat bagi orang lain ketika dalam penantian itu.

Pagi tadi ketika saya renungan, bacaan diambil dari kisah Ayub yg setia dan taat kepada Tuhan meskipun segala yg buruk telah menimpanya. Penderitaan saya belum punya anak sangat jauh di bawah penderitaan Ayub, tetapi Ayub bisa berhasil melewati semua itu dengan benar. Saya juga harus belajar setia seperti Ayub.
Satu yang pasti bahwa rancangan Allah adalah rancangan damai sejahtera dan Dia tidak pernah merancangkan hal yang jahat.

Sebuah petikan lirik lagu dari Babbie Mason yg maknanya begitu indah.. 
God is too wise to be mistaken
God is too good to be unkind
So when you don't understand
When you don't see His plan
When you can't trace His hand
Trust His heart
Trust His heart
Saat ini mungkin saya tidak (belum) melihat rencanaNya, apa yg jadi kehendakNya. Seolah-olah Tuhan diam, saya tidak bisa menggapai tanganNya. Tetapi saya mau belajar mempercayai hatiNya.