I. SIAPAKAH GURU SEKOLAH MINGGU
Siapakah GSM ? Jawaban pertanyaan ini tentu bukanlah “Setiap orang ‘awam’ di gereja.” Mengapa ? Karena menurut penelusuran dan pengamatan saya, tidak setiap orang ‘awam’ cocok menjadi GSM. Dalam pelayanan SM, tidak bisa begitu saja asal comot orang untuk jadi GSM. Saya mencatat setidaknya ada 4 kriteria yang perlu ada dalam diri seorang GSM :
1. GSM harus sudah lahir baru
Bagaimana anak-anak bisa diajak untuk mengenal Tuhan jika gurunya tidak mengenal-Nya ? Bagaimana anak-anak bisa mempercayai Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan jika gurunya sendiri tidak yakin akan hal itu ?
Bagaimana anak-anak bisa diajak untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadinya jika gurunya sendiri masih bergumul di situ ?
Apa yang hendak disaksikan kepada anak-anak jika GSM tidak pernah mengalami perjumpaan pribadi kepada Sang Juruselamat ?
Syarat mutlak untuk menjadi GSM adalah kelahiran baru. Seorang yng belum menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi satu-satunya tidak layak untuk melayani anak-anak yang adalah biji mataNya.
2. GSM harus punya relasi dengan Tuhan setiap hari
Anak-anak Sekolah Minggu adalah kepunyaan Tuhan, biji mata yang dikasihiNya. Tuhan-lah juga yang empunya pelayanan Sekolah Minggu, GSM hanyalah hamba-hamba yang diberi-Nya mandat untuk mendidik anak-anak kesayangan Tuhan. Bagaimana supaya GSM tahu apa yang menjadi kerinduan dan kehendak Tuhan bagi anak-anak yang dilayaninya ? Tidak ada cara lain kecuali GSM punya relasi yang intim dengan Sang Pemilik Pelayanan itu melalui Firman Tuhan dan doa (saat teduh). Tuhan berbicara melalui Firman-Nya yang tertulis di dalam Alkitab. GSM harus belajar mencintai Firman yang akan menuntun hidup dan pelayanan mereka.
Tidak akan ada kuasa dalam pengajaran kepada anak-anak jika GSM sendiri tidak hidup di dalam apa yang diajarkan itu. Tidak ada kesaksian hidup yang dapat disaksikan dan dilihat oleh anak-anak. Selain itu, keintiman relasi dengan Tuhan akan memberikan kelegaan bahkan kekuatan untuk terus melayani anak-anak meskipun banyak kesulitan terjadi.
3. GSM harus punya hati yang teachable (=mau belajar dan diajar)
Teachable di sini bukan hanya dalam hal-hal rohani di gereja. Misalnya mau belajar Firman, diajar dalam pembinaan GSM ataupun terlibat dalam kelompok Pemahaman Alkitab (PA), dll. Tetapi juga dalam hal-hal di luar gereja seperti belajar psikologi anak, cara berbicara kepada anak, menangani anak hiperaktif, cara mendekati anak-anak, belajar metode mengajar SM, memimpin pujian, membuat alat peraga, dsb.
Ditambah dengan saat ini teknologi begitu cepat bergerak, anak-anak pun seakan terhisap di dalamnya. GSM yang tidak mau belajar dengan bijak menyikapi hal-hal itu tidak akan mampu membimbing dan memantau anak-anak. Teachable di sini juga bukan hanya untuk belajar suatu objek saja, tetapi juga termasuk di dalamnya mau dikoreksi, ditegur, diarahkan oleh orang yang lebih dewasa secara rohani
4. GSM harus punya hati untuk anak-anak
Banyak orang (mostly, tidak semua) terlibat dalam pelayanan SM tanpa tujuan yang jelas sehingga pelayanan mereka tidak efektif, seperti air mengalir saja. Mengapa ? Karena jika ditelusuri lebih jauh (mungkin menggunakan tes karunia rohani, dsb) banyak dari mereka yang sebenarnya tidak memiliki hati untuk anak-anak. Apa artinya punya hati untuk anak-anak ? Artinya seseorang mempunyai beban/kerinduan yang mendalam agar suatu tujuan khusus dicapai dalam diri anak-anak yang dilayani. Tujuan itu adalah apa yang Tuhan mau di dalam hidup anak-anak itu.
Mengapa ini penting untuk dimiliki GSM ? Karena jika seseorang punya beban terhadap suatu hal, dia akan dengan mudah dan rela mengerahkan energi, waktu, sumber daya yang dimiliki untuk hal tersebut. Inilah yang membuat pelayanan menjadi efektif. GSM dengan hati untuk anak-anak akan sungguh-sungguh mencari maksud Tuhan bagi anak-anak yang dilayaninya.
Namun sayangnya, banyak orang yang mengidentikkan “punya hati untuk anak-anak” dengan “suka anak-anak”. Dua hal ini jelas berbeda sekali. Satu pertanyaan yang GSM perlu tanyakan kepada dirinya sendiri adalah “Mengapa memilih pelayanan SM dan bukan yang lain?” Pertanyaan ini harus dijawab secara jujur dari dalam hati. Cek apakah latar belakang terlibat dalam pelayanan SM adalah karena :
- Suka anak-anak / anak-anak lucu dan menggemaskan
- Ikut-ikutan teman yang jadi GSM
- Hanya pelayanan ini yang mau menerima
- Untuk mengisi waktu luang di hari Minggu
- Sambil menunggu keponakan/anak Sekolah Minggu
- Disuruh Gembala Jemaat ?
- Kata orang lain, saya cocok di SM
II. MEMPERLENGKAPI GSM
Mengajar SM bukanlah perkara yang mudah, tidak sekedar bernyanyi, bercerita, memberi persembahan, aktivitas, lalu pulang. Namun tujuan SM adalah mengenalkan anak-anak kepada Tuhan, mengajak anak untuk menerima Kristus dan pada akhirnya hidupnya diubahkan oleh Firman. Karena tujuan SM ini, maka GSM perlu diperlengkapi baik secara doktrinal maupun skill mengajar untuk melayani anak-anak. Setidaknya ada 4 sarana yang bsia digunakan untuk memperlengkapi GSM :
1. Kelompok Pemuridan / PA
GSM sebaiknya dan sewajarnya terlibat dalam kelompok PA. Mendengar khotbah lewat mimbar saja tidak cukup jika ingin pelayanannya berdampak bagi anak-anak. Dalam kelompok PA (lebih bagus lagi kalau ada kelompok PA GSM), GSM diajak untuk menggali kebenaran Firman dan belajar menerapkannya secara praktis dalam keseharian. Itulah yang bisa ditularkan ke anak-anak, bahkan kegagalan dan keberhasilan menerapkannya pun bisa jadi kesaksian yang hidup. Selain itu, antar GSM bisa saling terbuka mengenai kesulitan, berkat, dan saling memberi saran berkaitan dengan SM. Hal inilah yang akan menguatkan GSM dalam melayani anak-anak.
2. Pembinaan dan Kamp GSM
Dunia ini cepat sekali berubah, dan tanpa sadar anak-anak pun terhisap di dalamnya. Akibatnya anak-anak sekarang ini lebih kreatif, lebih berpikiran maju, suka sesuatu yang baru, dsb. Dengan ini pelayanan SM tidak boleh berhenti di satu titik saja, tetapi harus berkembang mengikuti jaman dengan tujuan memenangkan anak-anak dari dunia. Oleh karena itu, sesekali GSM perlu di-upgrade dengan mengikuti pelatihan/kamp GSM. Di dalam kamp ini, antar GSM bisa mendapat pembinaan, skill baru dalam mengajar, saling berbagi metode dan pengalaman, serta sebagai sarana studi-banding dengan gereja lain. Kamp ini bisa diadakan sendiri oleh satu sinode gereja, ataupun dengan mengikuti kamp GSM yang diadakan sekolah-sekolah teologia.
3. Tes Karunia Rohani dan Minat-Bakat
Pernah mendengar ungkapan “the right man in the right place” ? Saya rasa ungkapan ini ada benarnya. Orang yang tepat di tempat yang tepat akan lebih efektif dalam mengerjakan sesuatu. Demikian juga dalam pelayanan SM, setiap GSM perlu untuk mengikuti tes Karunia Rohani dan Minat-Bakat. Apa tujuannya ? Supaya bisa tahu masing-masing GSM itu tepat melayani di bidang apa. Mungkin ada yang memang punya hati untuk anak-anak tetapi tidak cakap mengajar, ada orang yang sangat teliti dan suka kerapian. Atau ada orang yang memang sangat kreatif sekali tetapi tidak bisa jika disuruh duduk memikirkan materi/kurikulum SM.
Dengan tau minat-bakat dan karunia yang dimiliki tiap GSM, akan lebih mudah menempatkan GSM itu di bidang apa. Sebenarnya, pelayanan SM itu tidak identik dengan mengajar saja dan tidak setiap orang yang terlibat dalam pelayanan SM harus mengajar. Ada bidang-bidang lain yang juga membutuhkan orang-orang yang tepat. Dari pengamatan, saya mencatat setidaknya ada 4 bidang dalam pelayanan SM yang belum dikelola dengan baik :
1.Merancang Kurikulum
Bidang ini membutuhkan orang-orang yang punya pemahaman yang teguh akan pengajaran doktrinal, memahami psikologi perkembangan anak, serta punya visi yang jelas untuk pelayanan SM ke depan. Bidang ini tentu saja harus dibimbing oleh setidaknya 1 orang Pendeta/Evangelis yang belajar Teologi supaya kurikulum yang dibuat tidak menyimpang dari Firman Tuhan.
2. Aktivitas dan alat peraga
Bidang ini memerlukan orang-orang yang kreatif dan inovatif. Anak-anak akan lebih mudah memahami suatu pelajaran jika menggunakan visualisasi. Visualisasi ini bisa berupa gambar 2D/3D, powerpoint, movie clip, dsb. Selain itu untuk lebih memaknai pelajaran yang diberikan serta supaya anak-anak tidak bosan, diperlukan juga aktivitas yang berkaivitan dengan pelajaran hari itu. Akan lebih efektif jika dalam bidang ini ada 1 tim yang mengelola, memikirkan dan menyediakan alat peraga dan aktivitas tiap pelajaran untuk masing-masing kelompok usia.
3. Musik
Tidak kalah pentingnya adalah bidang musik. Orang-orang yang terlibat di sini tentu saja harus bisa bermain min. 1 jenis alat musik dan mengerti dalam musik dan nyanyian (nada, tempo, dll). Bidang ini tidak sebatas hanya mengiringi sewaktu SM berlangsung. Namun lebih dari itu, membuat aransemen baru dari lagu2 SM (supaya suasana berbeda), membuat lagu-lagu baru untuk topik tertentu (misal tentang buah roh, 10 hukum Allah, 10 tulah, kitab2 PL&PB, ayat-ayat emas, dll), dengan tujuan supaya anak-anak lebih mudah menghafalnya.
4. Inventaris
Bidang ini membutuhkan orang-orang yang menyukai kerapian, teliti dan tekun. Tugas dari bidang ini adalah mengelola segala harta benda milik SM, termasuk buku-buku pendamping, modul, handout, alat peraga, kaset, properti-properti lain seperti boneka, pensil warna, alat tulis, dsb. Tujuannya adalah supaya semuanya terorganisir, rapi dan jika suatu ketika membutuhkan akan lebih mudah mendapatkannya.
III. TELADAN GSM
Keteladanan lebih berbicara daripada seribu perkataan berhikmat.
Satu hal yang seringkali dilupakan – tidak disadari – dianggap sepele – oleh GSM adalah tentang keteladanan. Tidak akan ada gunanya pengajaran yang berapi-api atau menyentuh perasaan anak-anak jika tidak ada kesaksian hidup dari GSM. GSM jangan pernah mengira bahwa anak-anak tidak mengamati (bahkan tanpa sadar terekam di dalam ingatannya) hidup mereka. Secara pribadi, saya sedih melihat GSM yang tidak bisa menjaga kata-katanya. Banyak dari GSM masih suka mengumpat, berbicara kasar, perkataan sia-sia, candaan2 tidak seharusnya (misal mengejek kondisi fisik teman GSM lain, memberi julukan, dll), bergosip, dan dilakukan bahkan ketika selesai mengajar. Anak-anak itu melihat.
Hal lain yang juga perlu jadi keprihatinan adalah bahwa seorang GSM di sebuah gereja (berdasarkan sharing seorang teman) kedapatan film-film porno di HP-nya, candaan-nya juga berbau porno. Bagaimana dengan semuanya itu bisa mengajarkan anak untuk hidup dalam kekudusan seksual ? Satu hal lagi yang saya rasa banyak terjadi di gereja-gereja adalah tren putus-nyambung pacaran dengan sesama GSM. Maksudnya pacaran dengan si A, lalu putus, kemudian beberapa bulan kemudian dengan GSM lain, sedangkan si A itu memulai hubungan baru dengan GSM lainnya lagi. Anak-anak itu melihat. Ada kemungkinan ketika besar nanti mereka juga akan sulit menghargai komitmen karena tanpa sadar hal itu terekam dalam pikirannya, dan dianggap sebagai hal yang wajar.
Sekian part 3 dari Children Ministries, akhirnya selesai juga ... :D
Note : Semua yang saya tulis bukan berarti harus suci dan benar jika mau menjadi GSM karena tidak ada seorangpun yang benar :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar